Puisi Oleh : Adhar Fahri KIM Cipocok Jaya
Suatu hari...
Di taman Bungkul aku seruput kopi
Senja pun di ujung Blambangan
Lihat tenggelamnya surya di gilimanuk
Di Tanjung Benoa, aku bersandar di Pura yang lusuh
Disini, legian eksotis menyapa ramah
Warna kulit aneka bangsa
Seindah Nusa Dua Bali
pasirnya putih lingkari samudera
Suatu hari...
Di depan pusara Giri Kedaton
Berdzikir mengingat kematian
Aku seret kaki hingga ke kampung Leran
Obor malam aku nyalakan di gapura Asmarakandi
Pagi, di Kudus
Deretan pabrik kretek membelah awan
Ditemani Djarum Coklat duduk di taman Sriwedari, Solo yang klasik
Hampir malam di Malioboro habiskan sisa waktu
Barisan seniman nyanyikan lagu “ gundul-gundul pacul “
di bumi Sultan Agung ini gending dan sendra tari seperti warna khas
suatu hari...
naik ontel keliling Lawang Sewu Semarang ( jejak Ki Samarani )
di depan kantor pos besar ini aku menghirup kesejukan dalam suasan terik
hingga sore di Pekalongan, rumah-rumah batik tampak sibuk
dalam larutnya malam di Cirebon, aku menangis di tajug sang sunan
esok, nampak Kawali dengan udara segar
meski kepala dibuat pusing melewati putaran dan kelokan Ciamis
sampailah di pusara Abah Anom Singaparna, aku lantunkan tahlil
suasana parahiyangan sejuk dipandang
suatu hari...
pagi yang dingin di depan gedung Asia Afrika
meminum bandrek mang uday
ku seret langkahku ke Tangkuban Perahu
mengingatkan legenda Dayang Sumbi
larut malam, aku ditemani rintik hujan tengah menyiram tanah Buitenzorg
nampak megah istana bekas Thomas Rafless
biar dingin menusuk keindahannya tak lapuk dimakan zaman
rusa-rusa itu saling berkejaran
suatu hari.....
di lapangan Banteng aku ingat sang Gubernur Jenderal Deandles yang bengis
Pejambon adalah saksi bisu
Siang itu di Gambir aku tunggu Kereta tiba dari Pasar Turi
Hendak sekali aku ingin ke bumi dimana Max Havelaar dikenang
Pasar Rangkas Bitung padat lalu lalang pedagang dan abang becak
Aku pulang......
Ya, Aku pulang
Kembali di tanah Jawara